Membangun Rumah yang Bercahaya


Rumah menjadi tempat melepas lelah bagi ayah seusai bekerja. Kehangatan keluarga, tawa anak, dan peluk mesra istri membuat semua beban pekerjaan sirna.

Suasana bertambah syahdu ketika rumah itu kerap dipenuhi merdu suara tilawah Alquran dan khusyuknya anggota keluarga yang melakukan shalat sunah. Selepas itu, ayah memberi nasihat ringan sambil bercengkerama dengan anggota keluarga. Kasih sayang yang dilandasi nilai-nilai Alquran menimbulkan cahaya iman terpancar dari rumah itu.

Suasana sebaliknya terjadi jika rumah hanya sebatas dijadikan tempat tidur. Setiap anggota keluarga asyik menghabiskan waktu di dalam kamarnya. Ayah yang ter- lampau sibuk di luar menghabiskan waktu dari rapat ke rapat.

Menguras semua energi untuk nafkah keluarganya. Jika nafkah dan materi terpenuhi, bahagialah anak dan istri. Tidak ingat lagi dia dengan tawa ringan anaknya saat bermain di halaman rumah. Anak pun enggan mengingat ayahnya.

Selagi uang jajan cukup, paket data telepon pintar terpenuhi, perut tidak kelaparan, cukuplah semua. Setiap anggota keluarga pun menyibukkan diri sendiri di kamar masing-masing.

Perbandingan di atas kerap dialami keluarga Muslim perkotaan saat ini. Di satu sisi, ada kehidupan religi yang bangkit sehingga menjadi roh terbentuknya kelu- arga sakinah mawaddah warahmah. Di sisi lain, masih banyak keluarga yang gagal membangun harmoni di dalam rumahnya.

Contoh paling sahih bisa kita lihat dari da ta yang dilansir peradilan agama Mahka mah Agung (MA). Perceraian kerap mening kat sejak 2006. Dari angka delapan per sen menjadi 15 persen pada 2015. Jangan heran jika lembaga tersebut mencatat ada 300 ribu lebih pasangan yang bercerai dari dua juta pasangan suami istri dalam jangka waktu lima tahun terakhir.

Kualitas ruhiyah menjadi faktor penting bagaimana rumah tangga itu terban- gun. Kokohkah dia atau rapuh bak sarang laba-laba. Di dalam Alquran, Allah SWT telah berfirman, Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal. (QS An Nahl: 80). Rumah di dunia yang kita tempati saat ini bisa menjadi penentu kondisi rumah kita di akhirat.

Apa kah kita akan menikmati rumah- rumah indah di surga atau malah kita dimasukkan ke dalam panasnya neraka. Dua tujuan akhirat itu digantungkan lewat amal-amal kita di dunia. Salah satu penentu bagaimana kita melakukan amal baik dan buruk adalah lewat nilai-nilai yang dibangun di dalam rumah.

Kita semua tentu rindu untuk mema- suki surga Adn. Sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam QS Ar-Ra'd:23-24 bahwa sa nya orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya masuk ke dalam surga tersebut.

Tidakkah satu keluarga yang masuk ke dalam surga itu tinggal di dunia dalam satu rumah? Kasih sayang melandasi hubungan antar keluarga. Tidak kurang, Alquran meng- gunakan kata kasih sayang dalam menggambarkan hubungan antara suami dan istri dan hubungan antaranak dan orang tua. Misalnya saja dalam QS Ar-Rum:21.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan- Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri- istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cen- derung dan merasa tenteram kepadanya.

Dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berpikir. "

Begitu juga, saat menjelaskan hubungan antara anak dan ayah ibunya. Dan ren- dahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, `Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil'. (QS al Isra: 24).