Andaikan Anak ku Seperti Mereka Bag II
Setelah di air sembilankan kemudian, Ghufran mengambil kain kafan yang sudah siapkan, lalu, di kapaskan pada tubuh uminya, kata Rasul, “kapaskan oleh mu pada mayat pada 7 anggota sujud dalam shalat”, dua pergelangan tangan, jidad, dua lutut, dua kaki sampai mata kaki.. sunat lag
i kapas dihidung maka ketika sujud dalam shalat disunatkan hidung menyentuh tempat sujud, kemudian di kedua tutut, selain itu tidak sunat dikpaskan pada tubuh mayyit, jangan mengkapasi seluruh tubuh karena itu tidak ada dalam syariat. Setelah selesai dikapaskan, maka pakaikan wewangian yang tidak bernajis yang tidak mengandung unsur najis, kalau membeli produk parfum dipasaran kita bisa cek pada logo “halal”, begitulah kata anak lelaki yang berwajah lembut serta nyaman dipandang itu, si Ghufran”. Ujar bu molly.Kemudian bundanya dibalut dengan kain kaffan, lalu kain kafan di ikat pada lima bagian tubuh, kenapa harus demikian?, dalam kitab fiqah dikatakan, sebagaimana shalat 5 waktu maka sunat di ikat pada 5 bagian tubuh pada kaffan si mayit, agar manusia itu tidak lupa, akan kewajiban shalat yang lima, sebagai ingatan, karena tujuan hidup itu ibadah dan penghulu ibadah adalah shalat, maka sunat diikat pada tubuh jenazah itu 5 tempat dari kaki sampai kepala,
Setelah selesai semua prosesnya, lalu kemudian Ghufran berkata sama pak imam kampung, “Pak nek, tolong panggilkan beberapa anak muda, umi akan kita pindahkan keluar, ini semua sudah siap” kemudian datanglah beberapa anak muda yang gagah dan tegap yang aslinya memang kawan Ghufran dan sahabatnya Akbar sendiri. Merekapun dengan senang hati mendengarkan setiap arahan dari sahabatanya. “uminya tidak dimasukkan dalam peti jenazah, Cuma diletakkan diatas satu papan", sambung bu molly{artinya dalam kuburan sudah dibuat liang, ditengah atau sisi sebelah barat dalam lobang kuburan, lalu ditutup dengan papan} kata Ghufran “kami (Dia, Akbar dan Nisa) memutuskan uminya dikebumikan dengan satu papan, bukan karena tidak ada biaya, bantuan dr warga sekitar sini dan teman serta guru nagjinya di pesantren pun jika di kumpulkan mungkin lebih dari puluhan juta, bukan juga irit dan pelit, tapi itu lebih afdhal sesuai anjuran syariat, agar tubuh kita lebih cepat kembali ke bumi, sebagaimana asal muasal manusia dari tanah, maka kembalilah keasalnya,”.
ilustrasi shalat jenazah |
Kemudian ghufran berkata sama pak imam “Pak nek, biar Ghufran saja yang mengimami shalat janazah umi, Akbar dibelakang saya”. Pak imam menjawab “ Baik nak, tidak usah minta ijin pun pak nek uda faham nak, memang anaknya lah yang paling utama menshalatkan orang tunya, itu memang sudah begitu seharusnya, lebih-lebih anaknya jauh lebih faham tentang ilmu yang begini dibandingkan kami” kemudian Ghufran memberi aba-aba, “ tolong pak nek buat shaf ganjil”. Sampe dsitu bu molly mulai sesugukan, bu molly bergumam, “oo ya Allah, alangkah beruntung orang tua ketika mninggal anaknya sendirilah yang menshalatkan”, lalu bu molly berkata lagi “aku sudah hidup bermewahan didunia ini, sudah sukses, semua yang kami cari, sudah kami dapatkan sama mas Bram, tapi ank2 kami nanti setelah kami mati, apakah mereka bisa seperti ghufran, akbar dan nisa, si Mario jangankan menjadi imam, dlm bilangan makmum pun dia tidak akan masuk, yakin saya,.. seharusnya kalau pun tidak mampu jadi imam, jadilah makmum saja sudah cukup”. Kelihatan ada sesuatu yang dipikirkan bu molly yang sangat mendalam, ya anaknya yg di chevron, presenter tv, yg kuliah di ausie, tp mereka tdk akan bisa menolongnya nanti ketika sudah kembali ketanah seperti dek mutia. Wajah orang tua 50 an tahun itu terlihat sedih. sepertinya dia menyesal tidak bisa mendidik anaknya seperti Alghadzali dan Mutia sahabat terbaiknya itu, ada rasa penyesalan di raut wajahnya.
“Awalnya Jenazah dek Mutia mau dishalatkan di rumahnya, lingkungan pesantren tempat suaminya”, sambung bu molly, “tapi warga kampung memintanya dibawa ke masjid, maka ada banyaaak banget yang datang menshalatkan, laki2 dan perempuan.”
Maka berdirilah pemuda santun Ghufran sebagai imam, lalu dibarisan shaf pertama ada si penyabar Akbar, kemudian sampingnya ada para ulama yaitu Guru2nya Ghufran dari pesantren samalanga, Gurun2ya Akbar dari Pesantren Labuhan Haji Aceh selatan, kemudian sahabatnya sesama santri shaf ke 3 dan ke 4, shaf ke 5 murid2 santri dari pesantren ayahnya dan warga kampung sampai Shaf ke 7, di shaf wanita ada si anak lugu, lagi sholeha berakhlakul karimah dex nisa, kemudian sahabat2nya sampai 5 shaf, di perkirakan ada begitu banyak jamaah yang mengantar kepulangan ketempat terakhir dengan shalat janazah, Siapa yang tidak bahagia coba?
Pasti bukan karena kekayaan, bukan pula kecantikan yang akan menjadikan kita banyak dishalatkan orang, akhlakul karimah, budi pekerti, mu'asyarah yang baik dalam berkawan, anak2 yang shaleh, sahabat2 yang alim, pergaulan dengan orang-orang yang baik, itulah yang akan menolong kita saat sudah terbaring kaku.
Maka mulailah Ghufran membaca niat, “Sahaja aku shalat atas jenazah umiku 4 takbir fardhu kifayah sebagai imam karena Allah Ta’ala” Allaaahuakbar.. maka takbir pertama dibaca Fatihah sampai selesai, kemudian takbir kedua di baca Shalawat atas Rasul, “Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad hingga fil ‘alamina innaka Hadun^majid”. Setelah Takbir ke 3 maka dibaca Allahummaghfirlaha (ya Allah ampunilah dosa umi ku), warhamha (berilah rahmat, artinya kasihanilah selalu akan umi ku ya Allah), wa ’aafihi wa’fu’anha (maafkan segala dosa yang disengaja atau tidak semasa hidup umiku ya Allah), wa akrim nuzuulaha (ya Allah jadikan kuburan umiku satu tempat yang mulia), wa wassi’ madkhalaha ( dan luaskanlah kuburan umiku ya Allah), waghsilha bimaa-in wa salji wa baradi (cucilah kesalahan umi ku dengan air es dan embun ya Allah) wa naqqihi minal khataaya, kamaa yunaqqast tsaubul abyadhu minaddanasi (sebagaimana mencuci pakaian putih dari kotoran), wa abdilha daaran khairan mindaarihi (ya Allah, gantilah rumah umi ku dengan rumah yang lebih baik artinya lebih baik dari yg pernah ada di dunia di dalam qubur dengan rahmat Allah), wa ahlan khairan min ahlihi (gantilah keluarga umi dg keluarga yg lebih baik ya allah), wa zaujan khairan min zaujihi, waqihi fitnatal qabri wa ‘adzaabannaar (hindarkanlah umi ku di fitnah qubur dan azab neraka ya Allah), subhanallah... ada 3 orang anak yang mendoakan kita dalam sholatnya, maka para malaikat akan bersujud mohon ampun sama Allah dan tidak akan mengangkatkan wajahnya sampai Allah mengabulkan doa itu..sungguh, beruntunglah orang tua yang memiliki anak seperti Ghufran, Akbar dan Nisa. Anak-anak yang dibesar dengan asuhan yang benar, dengan jalan yang lurus, pendidikan agama yang mantap, aqidah keTuhanan yang kuat. seperti inilah hasilnya.
Setelah takbir yang ke empat, Ghufran membaca dalam shalatnya, “Allahuma la tahrim na ajraha, wa la taftinna ba’daha, waghfirlana wa laha (ya Allah janganlah engkau meluputkan kami dari pahala umiku, dan janglah engkau menjadikan kamatian umiku sebagai fitnah atas kami dan ampunilah kami beserta umiku ya Allah).
Kemudian dia mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh” (keselamatan beserta rahmat Allah semoga tetap atas kamu sekalian).
Ghufran megatakan sama Bu Molly saat beliau bertanya “apakah engkau tahu bunda, bahwa Allah mengijinkan jenazah itu untuk menyaksikan siapa yang sedang menshalatkannya ketika itu?, jika yang menshalakant itu ayahnya, anak-anaknya, suaminya, suadara lelakinya, maka jenazah itu akan tersenyum, dan bahagia. Namun apa bila bukan ruh mayit akan sedih ketika melihat siapa imam, "oo bukan anak ku, kemana anak ku Ya Tuhan, bukankah aku mempertaruhkan nyawa ketika melahirkannya, bersusah payah membesarkannya, lalu ruh mayyit itu mencari-cari pada shaf yang kedua mungkin ada, klo pun bukan imam jadi makmum ia, ooo ya Tuhan dimana anak2 ku, kenapa dia tidak ada pada shaf yang ini, kemudian ruh itu terus mencari sampai shaf penghabisan, maka juga tidak ada, mulai dari saat itu juga ruh itu sudah merasa azab, sakit, kecewa” dia telah melahirkan manusia yang salah, bukan sebagia teman apalagi penolong stelah mati, tapi musuh yang nyata, bitu kata Ghufran sambil dia merujuk pada kita tasawuf “khaisyfu Ghaibiyah”, lagi-lagi bu molly mengusap air mata, dia mengatakan sama ibu disamping saya “Rasanya, saya merasakan banget apa yang sedang dibicarakan Ghufran ketika itu”. IBU di samping saya Cuma anggukkan kepala tanda dia mengerti serta faham maksud bu molly dan dia sangat meresapi cerita yg jarang didengarnya dan mahal ini.
Selesai shalat, ghufran masih berdiri dan berdoa lagi, diantara doanya adalah seperti ini Allahummaj'al Qabrahu Raudhatan Min Riyadhil Jinan (Ya Allah jadikanlah Kubur umiku, sebagai sebuah kebun dari kebunnya surga) Wala Taj'al Qabrahu Hufratan Min Hufarinniran (dan jangan engkau jadikan kuburan umiku sebagai satu lobang dari pada apui neraka ya Allah) "DAN DIAMINKAN LAGI OLEH KETIGA ANAKNYA BESERTA TEMAN DAN GURU2NYA YANG SALEH, bagaimana dik mutia tidak bahagia" kata bu molly" lalu kemudian Ghufran mempersilahkan adiknya Akbar untuk menyampaikan sepatah dua kata kepada jamaah, dia tidak mau monopoli, dia mau ruh uminya bahagia melihat dek akbar yang menyampaikan ceramah kematian, dex Akbar juga sudah sangat terlatih berbicara didepan umum, bahkan dulu ketika menteri kesehatan RI beberapa waktu lalu mengujungi pesantren mereka, Akbarlah yang mewakili para santri menyampaikan keluh kesah kepada ibu menteri yang ketika itu masih bu Endang Rahayu Sedyaningsih. (sudah menjadi tradisi diaceh kalau orang mninggal sebelum di antar kekuburan terlebih dahulu ada nasehat singkat bagi para pelayat, sebagai reunungan dan ingatan)
Dek...Dik Akbar sampaikan sedikit sambutan kepada jamaah dek, kata Ghufran, "baik Bang" sahut adiknya !
Maka mulailah Akbar membuka kata, para jamaah sudah mulai terharu, melihat Pemuda cerdas, santun, lemah lembut bicaranya, tidak rusak pergaulannya, kini telah menjadi yatim piatu, Akbar Syattilla nama lengkapnya, meski jenazah umi yang didepannya, anak muda 21 th ini tetap tegar, imannya yang mantap keteguhan hati menatap takdir, dia sudah terdidik untuk itu, mereka faham betul amanah nabi jangan kalian menangis pada jasad mayyit,Sesungguhnya Rasulullah bersabda: “mayat itu diazab karena ratapan/tangisan nihayah keluarganya”. (Hadits Riwayat Muslim dari Abdullah bin Abu Mulaikah, Shahîh Muslim, juz III, hal. 42, hadits no. 2188).
Majulah Akbar kehadapan jamaah sekalian seraya dia mngucap salam, "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, segala jenis puji semua kembali kepada Allah, shalawat dan salam atas penghulu kita nabi Muhammad SAW beserta Keluarga dan sahabat beliau sekalian ila yaumiddin. Saudara para guru yang saya muliakan para jamaah shalat janazah umi yang saya kagumi, pada hari ini Allah Tuhan kita semua, telah menunjukkan bukti kuasanya atas hambanya, saudaraku" sambung Akbar, "kematian adalah haq, bahkan malaikat yang mencabut nyawa sekalian hamba, juga akan merasakan mati jika sdh tiba masanya, karena itu sediakan bekal mu, kata Akbar, "perjalanan kita jauh kedepan, ibarat kita saat ini sedang berada ditengah pulau A dan suatu saat kita akan berangkat kepulau B, sementara Nahkota sudah mengingatkan kita, berhati-hatilah, pulau ini penuh godaan dan kesenangan jangan sampai engkau tergoda sehingga lupa akan tujuan mu, carilah bekal di pulau ini,ingatlah bahwa engkau berada dipulau ini untuk mencari segala keperluan dan kelengkapan yang akan dinikmati ketika berada dipalau B,kerena di pulau B tidak ada apa pun yang engkau nikmati melainkan apa yang sudah engkau bawa dari pulau A, dan NAHKODA kita tidak pernah mengumumkan kapan kita akan diberangkatkan kepulau B, SUKA-SUKA NAHKODA saja, Maka celaka dan menyesallah bagi mereka yang lalai dan tergoda, ketika kapal berangkat dengan tiba2 dia tidak memiliki apa pun yang bisa dibawanya.
wahai saudara, umi kami sama juga seperti kita semua, beliau ada makan, ada minum, ada bergaul, ada bicara, ada salah ada benar, andaikata umi kami ada kesalahan baik yang tersengaja maupun yang tidak tersengaja, melalui saya anaknya, saya memohon dimaafkan pada hadirin sidang jamaah semua, apakah sudah dimaafkan?” tanya Akbar, “sudah kami maafkan” sahut orang ramai, kemudian ada tetua kampung yang sudah lebih tua dari kebanyakan orang kampung disana maju kedepan, “nak, umi kalian manusia setengah malaikat, dia tidak banyak bicara, semasa hidupnya, dia banyak menghabiskan waktu bersama kalian, setelah kalian dewasa dia bersama alm ayah kalian (alm), jika pun dia keluar rumah itu pasti bersama ayah kalian, jika pun berkumpul dia Cuma bicara yang penting, dia itu orang jawa yang sangat berbeda (Ibu2 tua di Aceh biasa mengtakan orang jawa untuk yang mendiami palau jawa, mereka tidak faham ada sunda, betawi dll). “Sadaqti ya ummie” kata Akbar.
Kata ghufran sama bu molly, maka “ketika anak dari jenazah itu yang meminta maaf sama para jamaah, atau sama orang-orang kampung, maka seolah2 uminya itu bangun datang meminta maaf sendiri sama orang-orang itu”, ini adalah walidaini, shalihain yad'ulahu, itulah kelebihan anak yg meminta maaf untuk orang tuanya. Demikan kata Ghufran sama Bu Molly.
Bu molly melanjutkan cerita, lalu Akbar menambahkan nasehatnya, bahwa “orang mninggal itu ibarat orang yang sedang karam ditengah lautan, maka doa2 itu akan menjadikannya sebagai bantuan, yaitu sebagai pelampung, maka durhakalah mereka yang orang tuanya sudah
ilustrasi orang tenggelam |
“Apakah kita ada dibumi ini langsung jatuh dari langit, ataukah karena ada orang tua”, tanya akbar? Para jamaah mulai menunduk “sudah sebegini besar kita, mungkin ada yang sudah menjadi tokoh, pegawai pemerintah, kepala pemerintah, pegawai pemerintah, ada yang jadi idola nasional, bahkan internasional, dikenali banyak orang, di idolakan jutaan orang, dikagumi lawan jenis, tapi apakah engkau ingat orang tuamu sedang tenggelam di sana ? apakah itu arti artinya sedikitpun bagi orang tua mu dlm kubur sana?, apakah kita tidak malu dengan diri sendiri ? di kagumi jutaan orang, tapi sama sekali tidak gunanya uat satu orang IBU kita, AYAH kita, maka anak seperti apakah yang seperti ini?, apakah salah ibu mengandung ? jangan.. jangan salahkan ibu, sungguh berat ibu mengandung, sungguh butuh kesabaran yang tinggi untuk melatih anak agar bisa berjalan, bukanlah pekerjaan ringan membesarkan anak2. Jangan karena kita lahir kebumi ini menjadikan orang tua kita semakin disiksa karena dosanya sendiri ditambahlagi dosa-dosa kita. Jangan,,, jangan begitu kita, lihat lah wajah ibu kita difoto, lalu berkatalah, apakah engkau rela wajah ini disiksa ? sindiran Akbar mengingatkan bagi mereka yang lalai.
“Maka berbaktilah engkau kepada orang tau mu selagi mereka masih hidup sampai mereka telah kembali kepadaNya. Wahai... bagi kita, kamatian ini adalah pelajaran, kata Rasul “kaffa bi mauti wa ‘idza linnas” memadalah mati ini menjadi penasehat bagi manusia”. Jika engkau memperlakukan orang tua mu dari hidup sampai matinya dengan perlakuan yang mulia, maka tunggulah anak mu juga akan meperlakukan mu demikian, kata nabi “Kama Tuhhen, Tuhhan, ketika kita menghina orang tua, maka tunggu kita dihina anak kita nanti, kama Tukrin Tukran, jika kita menghargai orang tau, tunggu anak kita menghargai kita, kama ‘uffen ‘uffan jika suka memaafkan maka tunggu juga dimaafkan orang”.
Kemudian darpipada itu, Kami insya Allah akan mengadakan samadiyah (Tahlilan) di rumah ini, dimulai dengan pembacaan ummul qur’an nanti malam sampai dengan hari ke 7, saya mewakili keluarga memohon kesedian, ayah, ibu, guru, santri dan handai taulan, jika ada kesempatan ringankanlah langkah ketempat kami ini, temanilah kami disini”, sambung akbar
{Tentusaja tanpa diminta pun warga kampung dengan kerelaan dan kesadaran masing diri pasti akan datang berbondong-bondong mengingat mereka masih sangat Belia, sudah tak punya siapa pun lagi, Ayah dan Uminya telah tiada. Dan ayah dan uminya pun termasuk tamu dikampung itu, karena uminya asal Betawi ayahnya pun asli Aceh Pidie mereka adalah perantau ditempat itu, Cuma warga kampung sudah menganggab mereka sebagai keluarga dan kehadiaran keluarga itu laksana cahaya ditengah kegelapan dikampung itu, Bapak Camat dan Kepala Desa langsung yang mengarahkan warga kampung untuk melayani tetamu yang hadir sepanjang siang malam selama kenduri 7 harian. Begitu kata Bu Molly dalam cerita kepada temannya}.
Kemudian setelah Akbar mengakhiri nasehatnya,, Ghufran meminta beberapa rakannya untuk memikul jenazah uminya, maka berdiri didepan sisikanan, Ghufran, kiri Akbar lalu di belakang mereka murid2 santri ayahnya. Maka pada waktu jenazah diangkat ditaruh dibahunya maka Kata Rasul “idza waqa’atil janazatu wahtamal rijalu....dst... yang maksudnya “apabila jenazah diangkat oleh beberapa laki2 kemudian diletakkan dibahu mereka, inkana shalih, apabila jenazahnya orang baik/orang shalih, lebih2 anaknya yang shaleh dan shaleha yang ditinggalkan dubumi ini,mereka mulai dari yasinan, sampe wafat, dimandikan, dikafankan semua dikerjakan oleh anaknya, belumlagi
jenazah dihantar orang ramai |
Namun wa inkana ghairu shalih, dan jika jenazah itu orang jahat, ditinggalkannya pula anak2 yang dhalim (panikmat dosa) pemabuk, penzina, pemerkosa, dzalim kepada dirinya sendiri dan dzalim pula kepada hamba yang lain, dzalim kepada orang tuanya, apalagi anak itu juga yang memikul jenazah, maka jenazah itu akan mengatakan “ya ibni ayyina tazahabu biha, wahai anak lelaki ku, kenapa begitu cepat kamu kuburin aku, kenapa tidak kamu tangguhkan mayat ku barang sehari lagi, atau satu jam lagi atau satu menit lagi atau sedetik lagi.. tak usahlah kalian cepat2 melangkah, pelan.. pelan.. pelan... kenapa orang jahat berkata demikian ? karena mulai dari rumah simayat sudah diperlihatkan akan Kuburnya yaitu satu lobang dari pintu menuju neraka, naudzbillah.. maka kerna melihat itu, terkejutlah dia, ingin rasanya diperlambat menuju kesana. Tangguhkan walau sedetik... {karena rasa azab setedik saja sungguh tidak terperi sakitnya}...
Mereka adalah anak yang sahleh, mereka tau uminya wanita shaleha, Maka segeralah dibawa uminya, sambil berzikir disetiap langkah, ada Ghufran, Akbar dan Nisa, yang senantiasa tiada henti mulutnya berzikir dan pahalanya disampaikan untuk bundanya, maka tibalah di tempat pekuburan, yang memang tidak berapa jauh dari rumahnya, yaitu dilingkungan pesantren ayahnya, guhfran sudah bertekad akan melanjutkan profesi ayahnya nanti,
“Nak, kenapa kamu tidak menguburkan umi kalian ditempat banyak orang dimakamkan? tanya bu molly sambil menyelidik, “Lingkungan pesantren adalah tempat menuntut ilmu agama, setiap orang yang belajar dsini adalah Fisabilillah, maka ada rahmat Allah setiap detik yang dilimpah kesini, dimana pun tempat agama, di lingkungan Masjid, Mushalla, itu tempat2 yang baik, Cuma dipesantren setiap saat ada yang belajar, setiap saat ada mengucapkan “Assalamu’alaikum Ya Ahlal Kubuurr... atau seperti yang di ucapkan Rasul dalam riwayat yang lain, “Assalamu’alaikum ya Darul Mukminin, Inna Nahnu Lahiqun”, sejahtera atas kalian wahai ahli kubur, sejahtera atas kalian wahai negeri orang mukmin, sesungguhnya tidak lama lagi kami juga kan mengikuti seperti kamu”, kalau mungkin kami tidak sempat berkunjung, ada anak2 santri yang berkunjung atau sambil mlintas mereka mengucapkan kalimat itu, maka diringanjkan azabnya sekiranya dia orang jahat, yang di dalam kubur dan akan ditambahkan rahmat sekiranya dia orang baik” itu jawaban ghufran. Apalagi ada bacaan ayat Alqura’an, maka Ayat Alqur’an itu Rahmatan Lil ‘alamin rahmat bagi seluruh alam, alam ruh, alam dunia, alam qubur, alam jin, alam manusia, semua menjadi rahmat jika dibacakan ayat Al-qur’an, makanya kita disni sudah menjadi tradisi kalau ada yang meninggal itu ada pengajian di quburannya selama satu minggu, agar Allah menghindarkan mayat dari azab qubur dengan berkat ayat Alqur’an. Ghufran menambahkan “bahwa dalam qubur itu ada dua azab, ada zab qubur dan ada fitnah qubur, kalau azab qubur itu pertnyaan munkar wa nakir marrabbuka, wa man naibiyuka, wa ma dinuka wa imamuka, wama qiblatuka, wama ikhwanuka ?, para ulama mengatakan klo Azab qubur itu sampai 7 hari, ada yang mengatakan sampai ketemu jum’at, jika meninggal hari senin maka 5 hari saja kena azab jika berpegang pada pendapat yang kedua, sementara fitnah qubur itu banyak hal yang dipersoalkan, kenapa tidak sholat, kenapa tidak menuntut ilmu, kenapa kamu berzina, kenapa kamu tidak puasa, kenapa kmu makan hasil riba kenapa membunuh, kenapa menipu, kenapa tidak taat, kenapa kamu somong, kenapa kamu tidak menghargai pengemis, kenapa kamu pelit, bakhil, pelit dari bersedekah, kenapa kamu bersumpah dengan membawa nama Allah padahal kamu bohong, kenapa kmu tidak menuntut ilmu yang menuju kepada Alllah, kenpa memusuhi Muhammad Rasulillah macam2 persoalan yang akan ditanyakan dan pertanyaan ini sampai kiamat, maka tergantung amal ibdahlah yang akan menolong kita”, lanjut Ghuran
{Jika sejak aqil baliqh sudah menjaga diri dari maksiat, akan selamat, atau bagi yang berdosa tapi dosanya sudah di tutupi karena taubatan nashuhanya maka mereka juga selamat. Coba kita lihat Imam An Nawawi Mujtahid Tarjih, beliau sampai lupa menikah sangking lezatnya menuntut Ilmu Agama Allah. Ada juga Rabi’atu ad adawiyah yang tidak mau menikah sangking takut cintanya terbagi anatara suami dan Allah, Maka orang Shalih dan Shaliha seprti ini tentu akan mendapat kembali yang layak indallah disisi Allah. Sesuai amalan, usaha dan disiplin dirirnya dalam menjaga Amanah Allah dan Rasulnya}, subhanallah...
Ghufran juga sempat bercerita bagaimana beraninya para ulama dan para orang shalih di dalam qubur, bagaimana mereka begitu pede berdebat dengan malaikat mereka adalah orang yang sejak baliq telah berdisiplin diri dengan aturan syariat yang ketat., misal ghufran mencontohkan syeikh sibawaihi beliau adalah ahli ilmu nahwu, segala kosa kata arab didunia ini beliau lah yang merumusnya, maka ketika malaikat munkar wa nakir datang menjumpai syeick sibawaihi, bertanyalah malaikat wahai jasad yang didalam qubur, marrabbuka...? syeick sibawaihi menjawab, hai malaikat Allah, sebelum aku menjawab pertnayaan mu, aku mau bertanya, Marrabuka itu terdari huruf Mim, Ra, Ba dan Ka, itu Mim Mim apa, Ra nya Ra apa,? “Trus malaikat jawab apa” tanya bu molly, tentu saja malaikat tidak bisa menjawab, karena malaikat tidak ada kewajiban menuntut ilmu nahwu, maka kagetlah malaikat dengan pertnyaan seperti itu.. dan malaikat, mahluk Allah yang tidak diajari segala ilmu, masing2 mereka memiliki tanggung jawab dan tugas khusus, maka itu saja yang mereka lakukan. Kalau yang menyoal didalam qubur maka tugasnya dari pertama sampai akhir ya seperti itu”. “Lalu dari mana orang atau kalau syeik itu tadi bisa berdebat dengan malaikat, kan sudah meningal ?
“Begini bunda, orang alim itu tidak sama dengan kita, ada ilmu yang mereka miliki namun kita tidak sampai pada tingkat ilmu itu, syeick sibawaihi itu setelah meninggal, lalu muridnya bermimpi ketemu beliau dalam mimpinya itu muridnya bertanya, “wahai guru bagaimana engkau melawati persoalan Munkar Wa nakir, maka SIBAWAIHI menjawab seperti itu tadi dan mimpinya murid Syeikh Sibawaihi bukan mimpi ngigau, bukan juga mimpi seperti kita, mimpi ulama salaf beda dengan kita, ketika Malik Bin Dinar mimpi masuki Neraka, maka ketika bangun seluruh badannya melepuh, bgitu bunda, sampe Malik Bin Dinar sepanjang hidupnya tidak pernah bisa tertawa lagi” kalau ditanya orang kenapa engkau sudah tak bisa tertawa, bagaimana aku bisa tertawa, sedang aku mimpi dilempar kedalam neraka saja seluruh badan ku melepuh, bagaimana kalau dilempar benran, sejak itu beliau telah mewaqafkan hidupnya hanya untuk ibadah dan ibadah..
“Hebatyah anak pesantren seperti Ghufran dan Akbar” kata ibu disamping saya sama Bu Molly
Bersambung bag lll